Candi Sambisari : Situs Siwaistis yang terselamatkan
- kakilidah
- Sep 12, 2018
- 2 min read
Updated: Nov 20, 2018

Halo Sobat Omnivora!
Beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan mengunjungi sebuah tempat wisata yang unik, yakni Candi Sambisari. Jika kalian datang ke tempat wisata ini, jangan bingung mencari dimana candinya, karena candi ini ada di bawah tanah. Meski terletak di bawah tanah, bukan berarti candi ini tertimbun lho, Sobat!
Penemuan candi ini berawal ketika seorang petani sedang mencangkul di sawah dan ujung cangkulnya membentur sebuah batu yang kemudian disadari bahwa batu tersebut bukan batu biasa. Setelah berita ini didengar oleh kantor arkeologi di Prambanan, kawasan sekitarnya pun diamankan dan dilakukanlah penggalian. Proses yang diperlukan untuk menggali dan merekonstruksi candi ini pun cukup lama, perlu sekitar 21 tahun! Nah, setelah digali, tanah disekitar candi dihilangkan dan alhasil Candi Sambisari berada di cekungan tanah, Sobat! Jadi, untuk dapat sampai di candi utama, kita harus menuruni puluhan anak tangga terlebih dahulu.

Setelah menuruni anak tangga, kita akan melewati pagar batu sebanyak dua lapis. Baru setelah itu kita akan menjumpai candi utama dan 3 candi perwara yang tidak utuh. Saat pertama kali melihat bentuk bangunan candi tersebut, saya langsung berpikir bahwa candi ini merupakan candi Hindu. Benar saja, ketika saya membaca papan informasi sejarah penemuan candi, saya mendapat beberapa pengetahuan baru. Sama seperti Prambanan, secara ornamen dan arsitektur candi ini memiliki latar belakang keagamaan Siwaistis. Mengapa demikian? Karena di dalam candi utama terdapat simbol Dewa Siwa berupa Lingga-Yoni. Lingga merupakan salah satu perwujudan dari Siwa dan Yoni adalah perwujudan dari istri Siwa, yaitu Shakti.

Jika diamati ulang, pada pintu masuk candi utama terdapat dua buah patung di kanan dan kiri. Dua patung penjaga pintu ini adalah Mahakala dan Nandiswara. Saya pernah mendengar bahwa Mahakala dan Nandiswara ini merupakan pelayan utama dari Siwa dan mereka pun dijadikan penjaga pintu (apit lawang). Selanjutnya jika berjalan lurus dari pintu masuk,kita akan menjumpai sebuah ruangan tempat Lingga-Yoni berada. Di sisi lain dari candi utama ini pun terdapat relung-relung dengan ukiran patung di tiap sisi candi. Terdapat patung Durga Mahisasuramardhini (Utara), Ghanesa (Timur), Agastya (Selatan).

Sobat, jika kalian meneliti detail-detail bangunan ini, maka kalian akan melihat hasil dari upaya rekonstruksi Candi Sambisari ini. Terlihat perbedaan antara batu asli candi dengan batu baru yang dipasang guna melengkapi bagian candi yang hilang.Terlihat pula retakan-retakan pada batu candi lama dan ditpasangi batu baru. Selain itu gapura pintu masuk candi utama pun tidak utuh. Selama saya jalan-jalan ke banyak candi, baru kali ini saya memperhatikan detail batu-batunya. Menurut saya, kerusakan candi ini tidak begitu parah, jika dilihat dari perbandingan jumlah batu baru dan batu asli candi.


Walaupun situs ini hanya mempunyai satu candi utama, tapi bukan berarti tidak banyak yang bisa dilakukan dan dieksplorasi disini lho, Sobat. Candi sambisari bisa menjadi spot foto yang keren! Saya menyarankan kalian berkunjung saat pagi atau sore hari. Saat pagi selain belum ramai orang yang datang, kalian juga tidak perlu membayar tiket masuk,hehe. Loket candi baru dibuka pukul 08.00WIB dan jika kalian datang setelah loket buka, maka kalian harus membayar tiket masuk sebesar Rp.5000. Candi yang beralamat di Jalan Candi Sambisari, Purwomartani, Kalasan, Sambisari, Purwomartani, Kalasan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta ini dapat dijangkau melalui jalan raya Jogja-Solo. Sobat Omnivora, sekian yang dapat saya tulis mengenai situs Siwaistis unik bernama Candi Sambisari, jangan lupa berkunjung dan saksikan sendiri keindahannya!
Commenti