Restoran Njawani ala Raminten
- kakilidah
- Oct 1, 2018
- 3 min read
Updated: Nov 20, 2018

Yogyakarta terkenal dengan wisata dan kulinernya yang murah. Kebanyakan orang mungkin sudah familiar dengan angkringan. Tempat makan yang menjamur di Yogyakarta tersebut biasanya berbentuk kedai kecil dengan tenda yang menyajikan nasi kucing dan aneka minuman dengan harga terjangkau. Beberapa orang enggan berkunjung di angkringan karena tempat yang kecil, remang-remang dan kadang terkesan kumuh. Namun, kini Sobat tidak perlu khawatir karena Jogja memiliki rumah makan yang menyajikan menu angkringan dengan tempat bersih dan menarik bernama The House of Raminten.
The House of Raminten adalah sebuah rumah makan dengan dekorasi dan nuansa Jogja yang kental. Selain berbagai menu makanan yang unik dan nyeleneh, The House of Raminten juga punya desain interior dengan berbagai dekorasi menarik lho, Sobat. Suasana ala Jogja yang menarik para pengunjung tentu tidak lepas dari bangunan dan desain interiornya. Pada kesempatan ini saya ingin menulis tentang desain interior dan dekorasi The House of Raminten.
Dari luar tempat makan ini terlihat sangat tertutup dan kecil, tapi Sobat pasti akan terkejut jika masuk dan melihat bagian dalamnya. Ketika memasuki The House of Raminten, pengunjung akan melihat beberapa etalase oleh-oleh dan meja reservasi disebelah kiri. Di samping meja reservasi, pengunjung akan disuguhi spot foto dengan patung Raminten yang merupakan ikon dari The House of Raminten. Selain itu, tersedia kursi-kursi bagi para pengunjung untuk menunggu antrian. Sembari menunggu, para pengunjung dapat menonton TV dan melihat-lihat koleksi kereta kuda dan patung abdi dalem Keraton Yogyakarta yang dipajang di bagian kanan. Suasana Yogyakarta yang sangat terasa di rumah makan ini terbentuk karena adanya iringan gamelan Yogyakarta, aroma kemenyan serta sesaji berupa bunga di berbagai tempat.
Rumah makan ini terdiri dari 3 lantai, di lantai 1 meja dan kursi pengunjung dibagi menjadi dua; luar dan dalam. Di bagian luar meja tanpa kursi untuk pengunjung lesehan berjajar, sedangkan meja dengan kursi terletak di bagian dalam. Untuk masuk lebih dalam pengunjung akan melewati sebuah gapura dengan gong kecil dan sesaji bunga di bangian tengahnya. Pada dinding gapura terpajang beberapa pigura tulisan yang nyeleneh dan sangat menarik untuk dibaca. Tambahan lagi, terdapat dinding dengan berbagai koleksi foto Hamzah sang pemilik rumah makan saat sedang memerankan lakon Raminten dalam kethoprak.
Setelah melewati gapura pengunjung akan menemui gazebo dan selasar. Gazebo besar ini menjadi tempat meja dan kursi makan. Tiang penyangga gazebo ini dihiasi dengan lampu natal dan kain batik. Jalan di sekitar gazebo diisi dengan batu-batu alam. Pada bagian kanan dan kiri gazebo terdapat selasar-selasar yang digunakan untuk makan. Selasar bagian timur dibatasi tembok putih dengan koleksi foto abdi dalem Keraton Yogyakarta, sedangkan di bagian barat merupakan selasar rumah dari pemilik The House of Raminten. Di dekat selasar barat terdapat kolam ikan yang diapit patung Yesus dan patung Raminten. Tidak kalah unik dari selasar barat, selasar timur menampilkan sebuah bak mandi dengan sesaji bunga di tepinya.
Ketika saya berkunjung ke sana, saya naik ke lantai 2, bagian yang disebut Kahyangan. Saya menaiki tangga kayu berwarna coklat tua yang hanya cukup untuk dilewati satu orang saja. Desain dan interior di lantai ini sedikit lebih sederhana dari interior lantai satu. Ruangan semi outdoor berbentuk L ini berpagar kayu coklat dengan kerai bambu. Lantai nya pun merupakan lantai kayu dengan tiang-tiang besar yang dililit kain batik motif parang. Langit-langitnya terbuat dari anyaman bambu coklat muda yang mengimbangi lantai dan tiang yang berwarna coklat tua. Dekorasi yang ada di lantai ini pun hanya beberapa, diantaranya wastafel tanah liat, wayang golek dan beberapa tanaman dalam pot kecil di sudut-sudut ruangan.
Hampir seluruh bangunan dan furniture di The House of Raminten terbuat dari kayu, bambu dan rotan. Meja makan terbuat dari kayu berwarna cokelat tua yang di pernis dengan baik, sedangkan kursi pengunjung terbuat dari rotan. Kursi ini pun terbilang unik karena tidak memiliki kaki, jadi pengunjung tetap harus duduk bersila meskipun di atas kursi.
Menurut saya The House of Raminten memiliki desain interior dan dekorasi yang sederhana tapi sangat membantu dalam membangun suasana ‘njawani’. Berbagai dekorasi yang dipajang pun bukan hanya sekedar hiasan. Berbagai koleksi foto di dinding dan kereta kuda membuat rumah makan ini terasa seperti museum Keraton Yogyakarta. Mungkin bagi sebagian orang tempat ini terlihat mistis karena terdapat banyak sesaji dan kadang juga ada bau kemenyan, tapi menurut saya dekorasi yang ada di The House of Raminten merupakan salah satu wujud menjaga warisan budaya yang menarik dan edukatif.
Sobat Omnivora, berkunjung ke Yogyakarta kurang lengkap jika belum mengunjungi The House of Raminten dan merasakan nuansa njawaninya. Sekian tulisan saya mengenai interior dan dekorasi The House of Raminten.
Comments