top of page

Soto Sampah: Kuliner Trotoar Kranggan


warung soto sampah


Yogyakarta terkenal dengan makanan khasnya yaitu gudeg. Meski begitu, soto juga menjadi makanan yang digemari masyarakat Yogyakarta. Berbagai warung soto pun sudah menjamur di kota pelajar tersebut. Soto daging sapi, ayam dan babat adalah jenis-jenis soto yang sering kita jumpai. Tak hanya itu, berbagai soto dengan nama unik pun mulai bermunculan. Pada artikel sebelumnya saya mengulas tentang saoto bathok, soto yang disajikan di dalam batok kelapa. Dalam artikel ini saya akan menulis tentang soto legendaris dengan nama unik yaitu soto sampah.


Setelah mendengar namanya, mungkin sebagian orang pasti akan bertanya-tanya “Apa itu soto sampah?”. Menurut beberapa artikel mengenai soto sampah yang pernah saya baca, pada mulanya soto ini tidak diberi nama soto sampah, tetapi setelah banyak pelanggan yang menamai demikian, maka kini soto ini dikenal sebagai soto sampah. Saya pun sempat berbincang dengan kawan saya yang sudah lama menjadi pelanggan setia soto sampah. Ia bercerita bahwa dahulu soto ini menggunakan daging tetelan atau daging-daging sisa yang masih menempel di tulang, maka dari itu soto ini diberi nama soto sampah. Meskipun dinamai soto sampah, tetapi tampilan soto ini sama seperti tampilan soto pada umumnya.


warung soto yang mengisi trotoar

Warung soto yang tergolong sebagai street food ini terbilang sempit dan sedikit kotor menurut saya. Hanya tersedia dua meja panjang yang menempati trotoar. Untuk makan di sini pengunjung tidak dapat duduk berhadapan, melainkan duduk bersebelahan. Meja yang tersedia pun kecil, sehingga tidak memungkinkan bagi pengunjung untuk menaruh barang di meja. Mungkin warung ini tidak dapat menampung lebih dari 10 pengunjung jika dilihat dari ruang makan yang tersedia.


Tampilan soto sampah sama seperti soto pada umumnya, yang membedakan hanyalah penyajiannya yang menggunakan piring, bukan mangkok. Menurut saya porsi yang disajikan pun tidak terlalu banyak. Hal ini mungkin juga dipengaruhi oleh wadah tempat menyajikan soto yang tidak memungkinkan menampung banyak air, sehingga porsi isi dan kuah berkurang. Daging yang disajikan pun terbilang sedikit, hanya beberapa iris saja. Isi soto lebih didominasi oleh kubis dan sayur lainnya. Sebagai penggemar soto yang menyukai kuah banyak dan segar, saya sedikit kecewa.


Bicara soal rasa, menurut saya soto sampah ini enak. Rempah-rempah dalam komposisi soto ini begitu terasa. Kekurangan yang sangat saya soroti adalah kuah soto yang terlalu berminyak. Bahkan, aroma khas daging yang dipakai sebagai kaldu pun sangat terasa. Jika sobat biasa makan dalam porsi besar, maka memesan satu porsi soto sampah tidaklah cukup. Saat itu saya memesan satu porsi soto sampah beserta lauk tambahan seperti gorengan dan sate usus. Menurut saya, memakan satu porsi soto akan cukup mengenyangkan jika ditambah dengan beberapa lauk tambahan tersebut.




Secara keseluruhan, saya soto ini memang enak, tetapi ada beberapa hal yang membuat saya kurang nyaman seperti tempat makan yang sempit dan tidak nyaman, porsi yang sedikit, serta kuah yang terlalu berminyak. Soto sampah ini dijual seharga Rp8.000,00 per porsi, sedangkan gorengan dijual seharga Rp1.000,00 per buah nya. Menurut saya harga tersebut tidak sebanding dengan porsi makanan yang saya dapatkan. Itu adalah pendapat saya, sobat. Mungkin sobat dapat menjadikan tulisan saya ini sebagai referensi dalam wisata kuliner, tetapi pendapat, selera dan porsi makan setiap orang berbeda, sehingga lebih baik jika sobat membuktikan secara langsung soto sampah yang sudah lama mengisi jalanan kota Yogyakarta ini.


Comments


© 2023 by Name of Site. Proudly created with Wix.com

bottom of page