Serena Hotel Bandung
- kakilidah
- Oct 25, 2018
- 5 min read
Updated: Nov 20, 2018
Mayoritas penduduk Indonesia pasti pernah mendengar tentang Bandung. Kota yang memanjakan pengunjung dengan kecantikannya ini membuat banyak orang datang untuk berwisata. Bulan lalu saya pun mencoba menyaksikan sendiri keindahan Bumi Pasundan bersama teman-teman saya. Selama dua hari kami dimanjakan dengan kecantikan dan suasana Bandung yang nyaman. Dalam kegiatan wisata tersebut kami mengunjungi beberapa objek dan menggunakan fasilitas serta akomodasi yang tersedia di kota ini. Salah satunya, kami menginap di sebuah hotel dekat pusat kota bernama Serena Hotel. Kali ini saya akan menulis review mengenai fasilitas Serena Hotel Bandung berdasar pengalaman saya bulan lalu.
Hotel berbintang 3 ini terletak di jalan Pasirkaliki, Cicendo, Bandung, Jawa Barat. Salah satu keunggulan dari tempat ini adalah letaknya yang strategis. Hotel ini hanya berjarak beberapa ratus meter dari Stasiun Bandung, hanya memerlukan 3 menit untuk berjalan kaki dari stasiun sampai di hotel. Terdapat pula beberapa pusat perbelanjaan dan oleh-oleh di dekat hotel. Wisatawan dapat dengan mudah menemukan tempat makan, minum, ngopi dan juga tempat untuk sekedar kongkow bersama teman. Di seberang hotel terdapat gereja Kristen yang kecil dan sepi. Karena hotel ini terletak di dalam gang kecil, kita dapat menjumpai beberapa penjual street food.
Kamar di hotel ini terdiri dari beberapa tipe kamar, antara lain Superior Room, Deluxe Room dan Family Room. Harga yang ditawarkan untuk ketiga opsi kamar ini berkisar antara Rp300.000,00 – Rp550.000. Kamar-kamar ini difasilitasi dengan AC, kamar mandi dalam, TV Flat Screen, Telepon, Kabel Channel, tempat duduk, shower, toilet, sandal, minibar dan wakeup service. Berbagai pilihan bed dapat dipilih oleh pengunjung, seperti single bed atau super king. Pada kamar Superior dan Deluxe tersedia kedua pilihan bed tersebut, sedangkan pada kamar Family tersedia satu Super King bed dan dua Single bed. Berikutnya saya akan mulai mereview berbagai fasilitas yang ditampilkan dan kenyataan yang saya temui.
Pada bagian depan hotel terdapat fasilitas berupa tempat parkir yang menurut saya tidak terlalu luas. Tempat parkir ini hanya berupa tanah berkonblok tanpa dekorasi apapun di pinggirnya seperti pepohonan. Hal ini membuat hotel ini tampak gersang dari luar. Lahan parkir ini pun memberi kesan kotor dan berantakan menurut saya. Beberapa konblok terlepas dan hanya dibiarkan saja, padahal hal ini bisa jadi membahayakan orang yang berjalan. Saat kering, tempat parkir ini sedikit berpasir sehingga saya sedikit khawatir kendaraan seperti sepeda dan motor dapat terpeleset. Setelah hujan reda saya sempat melihat lahan parkir dan menemukan beberapa genangan air disana yang menandakan kawasan ini tidak rata.

Menilik hotel dari luar, Serena Hotel Bandung terlihat kecil dan sempit. Minimnya hiasan berupa lampu atau pepohonan dan tanaman hias membuat tempat ini tampak gersang dan tidak menarik. Saya pun sempat membaca beberapa ulasan mengenai hotel ini dan beberapa orang mengomentari gaya serta desain hotel yang kuno. Di atas pintu masuk utama hotel terdapat dua buah patung penari yang cukup besar. Mungkin itu satu-satunya dekorasi andalan hotel ini yang digadang menjadi ikon dan daya tarik. Namun, jujur saja patung itu tidak menarik. Warnanya kusam dan badan patung pun tidak proporsional. Tangan patung terlalu panjang dan besar. Bukannya indah dan menarik, patung-patung ini malah menyeramkan menurut saya.
Saat saya memasuki pintu utama hotel, perhatian saya langsung tertuju pada lantai hotel yang kotor. Banyak bekas tapak kaki di lantai yang tidak segera dibersihkan oleh para staff. Penerangan hotel ini pun menurut saya kurang, karena saat itu cuaca sedang mendung dan lampu hotel belum dinyalakan sehingga terkesan seperti mati listrik. Receptionist sibuk melayani teman-teman saya yang sedang mengurus check in kamar, sedangkan saya mengamati benda-benda di dalam hotel. Di sebelah kiri pintu masuk terdapat sofa berwarna hitam yang empuk dan nyaman untuk tamu. Di dekat sofa terdapat toilet dan ruang makan. Di sebelah kanan pintu masuk pun terdapat ruang makan yang cukup luas.
Selanjutnya, saya mendapat kamar di lantai 2. Saya pun membawa barang-barang saya menuju lantai 2 menggunakan lift. Jujur, lift hotel ini sangat sempit dan tidak nyaman. Lift ini hanya mampu membawa sekitar 4-6 orang saja. Setelah tombol angka lantai ditekan, butuh beberapa detik untuk menunggu pintu lift tertutup. Pintu lift tidak terbuka dan tertutup dengan halus, sehingga kami agak terganggu. Ketika lift naik pun kami harus merasakan ketidaknyamanan dengan lift yang sedikit berguncang-guncang. Menurut saya,orang lanjut usia dengan serangan jantung dan tekanan darah tinggi sebaiknya sedikit waspada ketika menaiki lift ini.
Berikutnya, saya sampai di kamar saya yang terletak tepat di seberang lift dan di ujung lorong. Saya menaruh ekspektasi tinggi pada kamar yang akan saya tempati ini karena beberapa hari sebelumnya pihak travel agent yang kami gunakan mengirim foto kamar hotel kepada kami. Namun, ketika saya memasuki kamar saya melihat adanya sedikit perbedaan dari foto yang dikirim dengan yang saya temui. Kamar ini terkesan gelap karena catnya yang berwarna abu-abu. Meski demikian, saya cukup lega karena kamar ini luas dan cukup nyaman. Satu kamar dipakai oleh 6 orang, dengan dua bed berukuran besar dan satu single bed. Kasur ini pun empuk dan bersih, tetapi selimut yang disediakan cukup tipis.
Di kamar tersebut terdapat fasilitas seperti TV, air minum dan 3 meja. Dua meja menempel di dinding dan dilengkapi dengan kursi serta stop kontak, sedangkan satu meja berada di sudut ruangan. Terdapat pula satu buah cermin berukuran cukup besar dan sebuah kayu untuk meletakkan baju. Sayangnya, kayu penggantung baju ini tidak dilengkapi dengan hanger, sehingga awalnya kami cukup kebingungan dan pada akhirnya tidak bisa menggantung baju disana. Dinding-dinding kamar dihiasi dengan lukisan seperti lukisan ikan koi yang umum kita jumpai.
Hal lain yang sangat penting dari fasilitas hotel adalah kamar mandi. Kamar mandi yang berada di dalam kamar saya ini terletak persis di samping kanan pintu masuk dengan ukuran yang sangat kecil menurut saya. Kamar mandi ini bersih karena keramik penyusun dindingnya berwarna putih, tetapi saya harus mengatakan bahwa kamar mandi ini terlihat kuno dan singup. Tirai di kamar mandi pun cukup kotor di bagian bawahnya. Saya sempat membaca fasilitas-fasilitas yang ditawarkan hotel seperti sandal dan handuk. Kedua fasilitas ini adalah kebutuhan dasar bagi pengunjung yang tidak saya dapatkan saat itu. Hal ini cukup mengecewakan menurut saya.
Tambahan, yang sangat saya soroti dari hotel ini adalah lorongnya. Foto yang diunggah hotel ini menunjukkan lorong yang indah dan terang, tetapi yang saya lihat adalah lorong remang-remang dengan koleksi foto bersejarah di dinding. Lampu yang remang-remang, foto di dinding, ditambah lagi saat itu saya berjalan-jalan dan menaiki tangga darurat membuat saya agak takut. Rasanya seperti berada di dalam gedung tua yang angker, atau mungkin memang demikian?
Selama saya menginap di sana terdapat beberapa hal yang mengganggu seperti kamar mandi, lift, juga lorong yang gelap dan terlihat menyeramkan, tetapi saya merasa cukup nyaman dengan tempat tidur saya. Hal terakhir yang sangat saya ingat sebelum saya check out dan meninggalkan hotel adalah menu sarapan yang biasa, bahkan cenderung tidak enak. Hal ini juga diungkapkan oleh teman-teman saya yang merasa tidak puas dengan menu sarapan yang kami dapat. Jujur saya kurang puas dengan hotel ini karena saya tidak mendapatkan kenyamanan sesuai dengan yang saya harapkan. Mungkin hotel ini bisa menjadi pilihan jika hanya ingin menginap semalam, tetapi untuk menginap dalam waktu yang cukup lama saya kurang menyarankan. Saya sangat senang dengan berbagai objek wisata yang saya kunjungi di Bandung, dan saya harap di kesempatan berikutnya saya bisa mendapatkan akomodasi yang lebih baik lagi.
Comments